Cerita Muhammad Ismail, Lulusan DBS Foundation Coding Camp yang percaya bahwa dengan tekad kuat, apa pun bisa dicapai
“Tak ada mimpi yang terlalu tinggi untuk dicapai, hanya niat yang terlalu rendah untuk melangkah.”
Bong Chandra, Entrepreneur
Dibutuhkan tekad dan keyakinan kuat untuk mempelajari coding. Muhammad Ismail (32) memiliki hal itu. Bagi Ismail, yang tidak berasal dari dunia teknologi, memasuki dunia coding terasa seperti menjelajahi tempat asing karena sehari-hari, ia bekerja sebagai seorang kenek truk sampah.
Namun, dorongan untuk mengubah hidupnya membawa Ismail pada petualangan tak terduga. Dengan tekad dan kemauan yang kuat, ia mendaftar ke program DBS Foundation Coding Camp, tempat kode-kode yang awalnya terasa asing perlahan menjadi bahasa kedua baginya.
Dari melewati jalan berlumpur hingga menavigasi dunia coding, Ismail membuktikan bahwa pintu masuk ke dunia teknologi terbuka bagi siapa pun dengan tekad kuat. Ia pun yakin bahwa setiap orang, termasuk yang awam sekalipun, dapat mempelajari pemrograman seperti dirinya.
Seorang Petugas Kebersihan yang Murah Hati
Lahir dan besar di Cililitan, Jakarta Timur, Ismail adalah anak kedua dari empat bersaudara. Ayahnya adalah seorang karyawan swasta di perusahaan suku cadang pabrik plastik, sedangkan ibunya berperan sebagai ibu rumah tangga. Harapan orang tuanya tidak muluk-muluk.
“Orang tua hanya ingin saya menjadi kepala rumah tangga yang baik dan bijaksana.”
Ismail pindah ke Bekasi pada tahun 2016. Ia lalu menikah pada tahun yang sama, saat dirinya menginjak usia 24 tahun. Kini, ia menjadi ayah dari dua orang anak, ditemani oleh istri yang setia mendampinginya.
Meski memiliki latar belakang pendidikan dalam bidang Komunikasi Penyiaran Islam di STID DI Al-Hikmah, Ismail justru bekerja sebagai PJLP (karyawan non-PNS) untuk Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta. Tepatnya, Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu.
Kegiatannya sehari-hari melibatkan perjalanan dari kantor pusat Lingkungan Hidup DKI Jakarta di Cililitan menuju Green Bay, Jakarta Utara. Ismail menjadi petugas yang mengangkut sampah dari berbagai pulau, seperti Pulau Seribu, Pulau Untung Jawa, Pulau Pari, dan Pulau Kelapa menuju UPST Bantar Gebang, Bekasi.
“Setiap hari, saya bekerja menjadi kenek truk (sampah). Masuk bekerja jam 07.30, dari Kantor Pusat Lingkungan Hidup DKI Jakarta di Cililitan. Jam pulang saya tidak menentu, tergantung antrian di UPST Bantargebang. Kadang jam 03.00 pagi, pernah juga jam 06.00 pagi.”
Meski memiliki waktu kerja yang tidak menentu, Ismail enggan mengeluh. Sebaliknya, ia justru bersyukur karena masih memiliki pekerjaan. Ditambah dengan tanggung jawabnya untuk mencari nafkah sebagai kepala keluarga, yang menjadi pelecut semangatnya setiap hari.
Ketertarikan Ismail untuk Bisa Bekerja dari Jarak Jauh
Pekerjaan Ismail sebagai kenek truk sampah memang jauh dari latar belakang pendidikannya. Namun, ia melihat pekerjaannya sebagai panggilan jiwa. Setiap hari, Ismail dan rekan-rekannya berangkat dari Cililitan dengan semangat untuk menjaga kebersihan ibu kota.
“Jika pekerjaan atau profesi dianggap sebagai panggilan hati, maka bekerja pun akan terasa ikhlasi.”
Meskipun melelahkan, Ismail merasa bangga dapat memberikan kontribusi positif bagi lingkungannya. Ia percaya bahwa pekerjaan apa pun, asalkan dilakukan dengan dedikasi dan integritas, adalah pekerjaan yang mulia.
Selain rutinitas pekerjaannya yang mengharuskannya bekerja hingga larut malam, Ismail juga menemukan minat baru dalam dunia teknologi.
“Motivasi saya muncul ketika melihat adik bekerja sebagai front-end developer di salah satu perusahaan yang memungkinkannya untuk bekerja secara remote.”
Hal ini pun memicu pertanyaan di benak Ismail, “Di mana saya bisa menemukan tempat terbaik untuk belajar coding tanpa harus mengeluarkan biaya besar?”
Menimba Ilmu Pemrograman di DBS Foundation Coding Camp 2023
Keinginan untuk belajar teknologi kemudian membawa Ismail ke DBS Foundation Coding Camp, sebuah program beasiswa yang menarik perhatiannya. Ismail mendaftar program beasiswa tersebut setelah mengetahui informasinya melalui situs Dicoding.
Program beasiswa ini menarik karena memberikan kesempatan baginya untuk belajar lebih dalam mengenai pemrograman tanpa harus membebani kondisi finansialnya.
“Selama mengikuti program ini, saya sangat bersemangat dan berharap suatu saat nanti dapat membuat portofolio yang baik.”
Meski demikian, tidak ada pencapaian tanpa tantangan. Ismail mengakui bahwa tantangan terbesar yang dihadapinya selama mengikuti DBS Foundation Coding Camp adalah memahami materi secara lebih mendalam. Sering kali, ia harus membaca ulang sampai paham.
“Meskipun awalnya terasa sulit untuk memahami konsep-konsep baru, saya tidak pernah menyerah. Saya belajar dengan tekun, memanfaatkan sumber daya yang ada, dan mengambil inspirasi dari mereka yang sudah lebih dulu terjun ke dunia teknologi.”
Selain menghadapi kesulitan teknis, Ismail juga harus menyeimbangkan waktu antara pekerjaannya sebagai kenek truk sampah yang mengharuskannya bekerja hingga larut malam, lalu mengikuti DBS Foundation Coding Camp.
Tentu saja, proses pembelajaran ini tidak hanya membutuhkan ketekunan, tetapi juga dukungan penuh dari keluarga.
“Saya sangat bersyukur karena memiliki istri dan anak-anak yang selalu memberikan suntikan semangat kepada saya untuk meraih pengetahuan baru setiap harinya.”
Pesan untuk Para Talenta Teknologi dari Latar Belakang Underpriviliged
Menurut Ismail, bagian terbaik dari pengalaman belajar dalam DBS Foundation Coding Camp adalah pengembangan keahlian pada bidang back-end. Baginya, pemahaman kuat mengenai back-end menjadi kunci penting dalam pengembangan web. Selain back-end, ia juga turut mempelajari bagian lainnya yang juga sama pentingnya.
Kini, Ismail merasa lebih percaya diri dalam menggunakan bahasa pemrograman JavaScript, bekerja dengan database, dan mengelola proyek melalui GitHub. Setelah lulus dari DBS Foundation Coding Camp, Ismail berharap dapat lebih mendalami pengetahuannya sampai akhirnya bekerja sebagai seorang back-end engineer.
Ketika tiba saatnya untuk menyelesaikan program DBS Foundation Coding Camp, Ismail merasa bangga dengan setiap baris kode yang telah ia tulis dan proyek kecil yang berhasil diselesaikannya.
Tentu saja, perubahan ini tidak datang dengan sendirinya. Namun, dengan rasa percaya diri dan pengetahuan yang lebih mendalam, ia lebih siap menghadapi dunia baru di depannya.
Dengan keyakinan yang besar, Ismail bertekad untuk terus belajar, menghadapi tantangan baru, dan mengasah keterampilannya untuk dapat bersaing di dunia teknologi. Melihat masa depan yang cerah, ia berharap dapat memberikan kontribusi signifikan dalam pembangunan sistem web yang inovatif.
Bagi para calon talenta digital yang ingin mengikuti jejaknya dengan belajar pada program DBS Foundation Coding Camp, Ismail memberikan motivasi dan tipsnya.
“Dalam mengejar cita-cita, tekad dan ketekunan adalah kunci. Jangan lupa berdoa ketika kita dihadapkan pada kesulitan.”
Sekali lagi, ia menegaskan bahwa kesuksesan bukanlah hal yang instan, tetapi hasil dari usaha yang konsisten. Ia menambahkan, “Jangan pernah patah semangat ketika jalan di depan mulai terasa berat.”
Dari kisahnya, Ismail berharap akan ada lebih banyak orang yang terinspirasi untuk menjadi talenta teknologi seperti dirinya. Salah satu jalan yang bisa ditempuh adalah dengan ikut serta pada program DBS Foundation Coding Camp.