Cerita Agus Fajar Hardeka, Pengajar di SMK Panca Bhakti Rakit yang Lebih Berdaya dalam Mengajar setelah Ikut Serta di DBS Foundation Coding Camp
“Guru yang biasa-biasa saja memberi tahu. Guru yang baik menjelaskan. Guru yang hebat menunjukkan. Guru yang luar biasa menginspirasi.”
(William A.Ward, Penulis Amerika)
Kita tentu setuju bahwa guru adalah profesi yang sangat mulia. Dedikasinya untuk mencerdaskan banyak orang membuat siapa pun yang menjalankan peran ini patut untuk diapresiasi, tak terkecuali Agus Fajar Hardeka (24), pengajar asal Banjarnegara, Jawa Tengah.
Pemuda yang biasa dipanggil Fajar ini merupakan lulusan STIMIK Tunas Bangsa Banjarnegara. Kini, Fajar bekerja sebagai Guru Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi (TJKT) di SMK Panca Bhakti Rakit. Selain itu, ia pun menjadi Asisten Dosen di perguruan tinggi tempatnya berkuliah dulu. Alasan Fajar bersemangat dalam mengajar cukup sederhana.
Layaknya sosok inspiratif lainnya, Fajar ingin bisa bersekolah tinggi untuk membanggakan kedua orang tuanya dan menjadi manusia bermanfaat dengan menyebarkan ilmu yang dimilikinya. Bersama DBS Foundation Coding Camp, Fajar selangkah lebih dekat dengan cita-citanya tersebut.
Inilah cerita perjalanan belajar Fajar dalam meraih mimpi-mimpinya!
Kuliah Yang Tertunda
Kesederhanaan sudah menjadi teman baik Fajar sejak kecil. Anak kedua dari tiga bersaudara ini dibesarkan oleh ibu rumah tangga dan ayah yang bekerja sebagai buruh bangunan. Pekerjaan yang sang ayah tekuni tersebut berhasil membuat Fajar dan kedua saudaranya mengenyam pendidikan hingga SMA.
Sejak SMP, Fajar sudah tertarik menekuni dunia teknologi. Kemudian, ia memutuskan untuk melanjutkan studi ke sebuah sekolah menengah kejuruan (SMK) dan mengambil jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ). Sebenarnya, Fajar bercita-cita untuk berkuliah selepas lulus SMK. Namun, kondisi ekonomi keluarga membuat Fajar harus mengambil jeda terlebih dahulu saat ijazah SMK sudah di tangan.
“Lulus SMK, teman-teman saya lanjut kuliah, sedangkan saya ambil mengambil jeda. Selama jeda waktu tersebut, saya bekerja di SMPN 2 Wanadadi sebagai Teknisi Komputer. Tugas saya di sekolah adalah mengelola laboratorium komputer,” ungkap Fajar.
Setelah setahun Fajar bekerja di SMPN 2 Wanadadi, ia berhasil mengumpulkan uang untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Tak disangka, kerja keras Fajar membuahkan hasil yang lebih dari sekadar kesempatan untuk melanjutkan kuliah.
Kuliah Sambil Bekerja
Fajar akhirnya memilih STIMIK Tunas Bangsa Banjarnegara sebagai sekolah tinggi pilihannya. Perguruan tinggi ini dipilihnya karena terletak tidak jauh dari rumahnya sehingga bisa menghemat biaya.
Selain berhasil melanjutkan kuliah, ternyata, Fajar mendapatkan kesempatan berharga lain dari tempatnya bekerja dulu, yaitu tawaran untuk menjadi guru mata pelajaran Teknologi, Informasi, dan Komputer (TIK) di SMPN 2 Wanadadi.
“Ini merupakan kesempatan emas bagi saya karena penghasilan yang saya dapatkan dari mengajar bisa digunakan untuk membiayai kebutuhan selama berkuliah. Akhirnya, saya memutuskan untuk menjadi Guru TIK di SMPN 2 Wanadadi sambil berkuliah di STIMIK Tunas Bangsa Banjarnegara, jurusan Sistem Informasi.”
Mengejar Beasiswa
Saat hidup baru Fajar dimulai sebagai mahasiswa sekaligus pengajar, ia menyadari suatu hal. Sebagai seorang pendidik yang dituntut untuk terus relevan dengan perkembangan teknologi di masa kini, Fajar merasa harus menambah bekal ilmunya dari luar kelas. Pada saat yang bersamaan, rekan kerjanya merekomendasikan Fajar untuk ikut serta salah satu program beasiswa yang ada di Dicoding.
Dengan penuh semangat, Fajar mendaftarkan diri pada program beasiswa tersebut. Sayangnya, Fajar belum beruntung. Namun, ini membuat Fajar berkenalan dengan Dicoding. Sejak saat itu, Fajar rajin mencari kesempatan belajar gratis di Dicoding untuk bisa memperluas wawasannya.
“Setelah belajar di Dicoding, saya memiliki prestasi belajar yang baik di kampus. Alhamdulillah, saat semester 4, saya berhasil dapat Beasiswa Bidikmisi On Going yang membiayai kuliah saya full sampai lulus. Saya pun jadi bisa bernapas lega karena selama semester 1 sampai 3, saya bayar biaya kuliah sendiri,” ucap Fajar.
Mendapatkan beasiswa penuh di kampus dan memiliki pekerjaan sebagai guru tentu membuat Fajar amat dibanggakan kedua orang tuanya. Sayangnya, setelah Fajar hampir sampai pada puncak bukit cita-citanya, ada turunan terjal yang harus ia lalui.
Ujian Besar
Di tengah kebahagiaan Fajar yang resmi menjadi penerima beasiswa penuh hingga ia lulus kelak, ujian datang menerpa. Ibu Fajar jatuh sakit karena diabetes yang dideritanya sejak awal tahun 2015 dan mulai dirawat secara intensif pada awal tahun 2020. Ini membuat Fajar memutuskan untuk keluar dari SMP tempatnya mengajar agar bisa lebih fokus menemani sang ibu kontrol secara rutin ke rumah sakit.
Sembari merawat sang ibu, Fajar mencari penghasilan tambahan dengan membuka jasa servis komputer dan laptop. Pekerjaan ini ia lakukan untuk bisa membiayai dirinya sendiri karena penghasilan sang ayah dialokasikan untuk biaya pengobatan sang ibu.
Namun, Fajar lagi-lagi diuji dengan kepulangan sang ibu setelah 8 bulan berjuang melawan penyakit diabetes.
“Ditinggalkan oleh sosok yang paling saya sayangi dan hormati menjadi pukulan yang hebat bagi saya,” ungkap Fajar.
Selama beberapa saat, Fajar memberi ruang untuk dirinya berduka. Namun, ia memutuskan untuk kembali bangkit saat mengingat pesan sang ibu. Almarhumah ibunya ingin agar Fajar menjadi anggota pertama di keluarga yang sukses menempuh pendidikan tinggi.
Untuk mewujudkan pesan sang ibu, Fajar belajar dengan sungguh-sungguh. Tidak hanya itu, ia pun ikut serta dalam sebuah komunitas teknologi di kampus dan menggelar sebuah acara pelatihan Android dasar di SMK Panca Bhakti Rakit.
Ia tak menduga acara yang digelar di SMK tersebut kemudian menuntunnya pada pekerjaan masa depannya.
Bangkit Kembali
Acara pelatihan Android dasar yang digelar di SMK Panca Bhakti Rakit berjalan sukses. Ini membuat Fajar dipanggil oleh salah seorang kepala jurusan di sekolah tersebut untuk mendapatkan tawaran mengajar. Ia pun menerima tawaran tersebut untuk memenuhi kewajibannya sebagai mahasiswa semester 7 yang harus melakukan praktek kerja.
Dari sini, Fajar mulai bangkit dan kembali mengejar cita-citanya untuk menjadi sosok pendidik yang lebih berdaya dalam mengajar. Setelah masa kerja prakteknya selesai, Fajar segera menulis skripsi dan lulus. Ijazah S1 yang sudah di tangan membuatnya mendapatkan kontrak untuk mengajar secara purnawaktu di SMK Panca Bhakti Rakit.
Selain mengajar di SMK, Fajar juga berperan sebagai Asisten Dosen pada mata kuliah Kecerdasan Buatan dan Visual Programming di perguruan tinggi tempatnya berkuliah dulu. Peran kedua ini ia jalani agar bisa mendapatkan beasiswa pascasarjana dan memudahkan jalannya untuk menjadi seorang dosen suatu hari nanti.
Di tengah kesibukannya menjalani peran sebagai pengajar baik di SMK maupun di perguruan tinggi, Fajar bertemu dengan program DBS Foundation Coding Camp 2023 yang memberikan beasiswa untuk para pengajar. Informasi tersebut ia dapatkan dari pengumuman yang ditayangkan di akun media sosial Dicoding. Perjalanan Fajar bersama DBS Foundation Coding Camp 2023 pun dimulai.
Materi dari DBS Foundation Coding Camp Cukup untuk Bahan Ajar Fajar selama 3 Tahun Penuh
Melihat DBS Foundation Coding Camp membuka kesempatan beasiswa bagi para pengajar, Fajar bersemangat untuk mendaftar dan memilih alur belajar DevOps pada program tersebut. Motivasi terbesar Fajar ikut serta dalam program ini adalah keinginannya untuk mendalami ilmu tentang jaringan agar bisa memberikan materi yang lebih komprehensif pada murid-muridnya.
Setelah mendapatkan kesempatan untuk menjadi salah satu peserta DBS Foundation Coding Camp, Fajar merasa silabus yang program tersebut miliki sangat cocok untuk ia terapkan pada jurusan TJKT yang ia ajarkan di SMK.
“Materi yang saya peroleh dari DBS Foundation Coding Camp sangat banyak. Dimulai dari silabus awal yang menyebutkan tentang dasar jaringan komputer hingga IP Address, dan silabus akhir mengenai keamanan jaringan dan praktikal pada Cloud Computing. Materi-materi ini sangat cukup sekali untuk saya jadikan bahan ajar selama 3 tahun di SMK. Saya juga jadi bisa memberikan materi bonus pada murid-murid saya kelak,” kata Fajar.
Kini, setelah lulus dari program DBS Foundation Coding Camp, Fajar menjadi lebih siap untuk menjadi pengajar yang lebih berdaya dalam memberikan ilmu yang dibutuhkan murid-muridnya. Selain itu, ia pun tengah mempersiapkan diri untuk ikut serta dalam program beasiswa dan menyasar program studi Magister Teknik Informatika di kampus tempatnya berkuliah S1 dulu.
“Belajar itu harus, pintar itu bonus,” adalah motivasi yang selama ini Fajar pegang dan mampu mengantarkannya meraih cita-citanya satu per satu. Kini, setelah selesai belajar di program DBS Foundation Coding Camp, Fajar siap menjadi guru yang dapat menginspirasi murid-muridnya untuk memiliki semangat belajar yang sama.