Cerita Adam Kharis Pratama, Lulusan Program Beasiswa IDCamp
Semua orang punya kenangan masing-masing akan masa SD. Ada yang merindukan momen di mana waktu bermain lebih banyak dari jadwal belajar, ada pula yang teringat banyaknya kelas-kelas tambahan yang diikuti di luar kelas untuk hadapi ujian.
Saat Adam Kharis Pratama (25) ditanya mengenai kenangan masa SD yang paling membekas baginya, ia akan menjawab, “Saat mama gendong aku dari rumah sampai sekolah karena aku terlahir dengan osteogenesis imperfecta.” Hal itu membuat Adam tidak tumbuh sebagaimana anak-anak SD pada umumnya.
Kursi roda menjadi sahabat baik Adam sejak kecil. Meski memiliki kondisi khusus, semangat Adam untuk mengejar cita-citanya menjadi seorang talenta digital tak pernah putus. Belajar di program IDCamp adalah salah satu usaha yang Adam lakukan untuk menggapai mimpinya itu. Apakah Adam berhasil? Mari kita baca cerita lengkapnya!
Digendong Sang Ibu Setiap Berangkat ke Sekolah
Di Kabupaten Bandung Barat, tepatnya di Padalarang, Adam lahir dan besar sebagai seorang putra tunggal. Osteogenesis imperfecta yang dideritanya sejak lahir membuat Adam memiliki tulang rawan pada seluruh tubuh. Ia kesulitan untuk berdiri.
“Saat patah tulang, aku tidak akan sembuh seratus persen, mungkin 70 sampai 90 persen saja. Sejak usia tujuh, aku sudah patah tulang sebanyak lebih dari sembilan kali,” kenangnya.
Adam tinggal di lingkungan yang masih menganggap seorang penyandang disabilitas adalah aib keluarga. Di sana, orang-orang yang bernasib sama seperti Adam bahkan tidak diperbolehkan untuk keluar rumah.
Namun, kedua orang tua Adam memiliki pemikiran yang berbeda. Meski hanya bisa menempuh pendidikan sampai SMA, mereka ingin Adam bisa bersekolah lebih tinggi. Oleh karenanya, menggendong Adam dari rumah ke sekolah sejak SD hingga SMP, sang ibu rela lakukan.
Sempat Terpuruk dan Ambil Jeda Kuliah
Tumbuh sebagai seorang penyandang disabilitas mulanya tak mudah bagi Adam. Ia harus menghadapi berbagai ujian. Sempat mendapatkan nilai nol semasa SD karena tak sanggup mengikuti pelajaran, Adam pernah diarahkan untuk lanjutkan pendidikan di sekolah luar biasa (SLB).
Selain itu, kegagalan lain yang harus Adam hadapi adalah saat ia gagal lulus ujian masuk perguruan tinggi negeri. Hal itu membuatnya mengambil jeda selepas lulus SMA selama dua tahun. Ia lebih banyak berdiam di rumah, enggan untuk melihat dunia luar.
Namun, pada titik terendahnya, ia tetap mendapatkan semangat dan dukungan dari teman-temannya. Rasa ingin membuat bangga kedua orang tua yang telah bersabar padanya pun tumbuh. Akhirnya, Adam tergerak untuk berkuliah.
“Aku lanjut kuliah di Universitas Jenderal Achmad Yani, jurusan Informatika, karena dulu punya cita-cita untuk mengembangkan inovasi teknologi yang bisa memudahkan hidup teman-teman difabel,” ungkap Adam.
Bangkit dan Meningkatkan Kemampuan Diri di IDCamp
Berhasil bangkit dari keterpurukan dan memulai kehidupan sebagai mahasiswa Informatika di Universitas Jenderal Achmad Yani, Adam tak menyia-nyiakan kesempatannya. Sejak semester dua, ia sudah aktif menjadi seorang asisten lab di kampus.
Selain itu, Adam pun memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk belajar. Selain menambah ilmu dari dalam kelas, ia menyempatkan waktu untuk belajar di luar kelas, salah satunya di program IDCamp. Ia memulai perjalanannya di IDCamp dengan mempelajari kelas Belajar Dasar Pemrograman Web.
“Pada tahun 2021, aku ikut proram IDCamp khusus penyandang disabilitas. Sejauh ini, dari banyaknya program-program belajar di luar kampus yang diperuntukkan bagi difabel, baru IDCamp yang menyajikan materi mengenai wawasan teknologi. Aku jadi tertarik untuk ikut.”
Keikutsertaan Adam di program IDCamp membakar semangat belajarnya. Meski sudah pernah belajar di IDCamp pada 2021, ia masih mau untuk kembali ikut di program yang sama pada tahun 2023. Alasannya, ia ingin melihat perkembangan program IDCamp dan ingin bertemu dengan sesama peserta difabel karena IDCamp 2023 diselenggarakan secara offline.
Belajar di IDCamp Memupuk Rasa Percaya Diri Adam
Belajar di program IDCamp 2023 khusus untuk difabel secara offline membuat Adam bisa bertemu dengan peserta sesama penyandang disabilitas. Ia senang bisa belajar bersama teman-teman tuli juga pengguna kursi roda seperti dirinya. Ketersediaan juru bahasa isyarat selama program pun membuat Adam melihat IDCamp sangat siap untuk melatih para difabel menjadi talenta digital.
Banyak hal Adam peroleh selama belajar di IDCamp. Pada acara yang digelar di kantor Indosat Ooredoo Hutchison tersebut, Adam diajari cara membangun web secara efektif, menggunakan layouting dengan benar, hingga melakukan hosting web.
Saat diminta membandingkan kegiatan IDCamp yang berlangsung online dan offline, Adam mengaku lebih senang menghadiri kegiatan offline. Bertemu dengan sesama peserta serta mentor secara langsung membuat Adam merasa lebih mudah saat harus menanyakan sesuatu.
“Belajar di IDCamp itu memupuk rasa percaya diriku. Aku lihat, pelatihan teknologi khusus untuk penyandang disabilitas itu sangat sedikit dan kebanyakan kurang komprehensif, berbeda dengan IDCamp yang ngasih pelatihan dengan materi lengkap dan menyeluruh,” ujar Adam.
Tuntas belajar di IDCamp, Adam merasa ilmu yang diperolehnya sangat membantu saat ia harus mengerjakan tugas akhir berupa pengembangan web. Hasilnya, Adam berhasil lulus dan meraih gelar sarjana, sebuah pencapaian yang sangat didambakan oleh kedua orang tuanya.
Berkarier di Pertamina Setelah Lulus dari IDCamp
Selesai belajar di IDCamp dan lulus dari kampus, Adam mulai menata kariernya. Ia melamar ke PT Kilang Pertamina Internasional berbekal pengalaman belajarnya di IDCamp. Usaha Adam berbuah manis saat ia diterima sebagai Admin IT.
“Ikut pelatihan seperti IDCamp sangat membantu para penyandang disabilitas karena pada umumnya kami memiliki krisis kepercayaan diri. Terbiasa berkomunikasi dengan sesama peserta dan juga instruktur di IDCamp membuatku percaya diri untuk menceritakan pengalaman belajar saat proses wawancara,” ungkap Adam.
Sebagai seorang Admin IT, Adam bertugas untuk membantu rekan-rekan kerjanya dalam mendigitalisasi pekerjaan mereka, termasuk mengelola pengembangan web dan pengaturan database. Pengetahuan yang ia peroleh dari berbagai pelatihan seperti IDCamp sangat memudahkan Adam dalam melaksanakan tugas tersebut.
Adam percaya, ada banyak teman-teman sesama penyandang disabilitas yang berpotensi menjadi talenta digital yang unggul seperti dirinya. Agar bisa sukses berkarier, Adam menekankan pentingnya untuk membangun mental.
“Supaya bisa berkarier, kita harus membangun mental dan keberanian terlebih dahulu dengan banyak ikut kegiatan pelatihan seperti IDCamp. Dengan ikut IDCamp, kita bisa belajar hal baru dan berkenalan dengan teman baru. Dari situ, kita bisa menumbuhkan rasa percaya diri dan mental kita untuk hidup di dunia luar akan terbentuk,” tutup Adam.
Bercita-cita untuk bisa terus mengembangkan kariernya di bidang teknologi, proses belajar Adam tak pernah berhenti. Ia masih rajin melahap materi-materi yang pernah didapatkannya selama belajar di IDCamp. Duduk di kursi roda tak padamkan semangat Adam untuk optimis menata masa depan.