Usia Bukanlah Halangan Untuk Belajar Teknologi

Guru SMP yang Buktikan Usia Bukan Halangan untuk Belajar Teknologi

Cerita Trangnjono Soewarno, Guru Berusia 53 Tahun Lulusan DBS Foundation Coding Camp 2024 

“Guru yang baik adalah guru yang terus belajar, banyak bertanya, banyak mencoba, dan banyak berkarya.” – Mendikbud-Ristek Nadiem Makarim (2022)

Sebagai ujung tombak pendidikan yang menjadi teladan bagi muridnya, seorang guru harus memiliki kemauan untuk terus belajar. Ini selaras dengan pernyataan Ki Hajar Dewantara, seorang pahlawan pendidikan. “Ing Ngarsa Sung Tulada” katanya, di mana guru harus memberikan contoh yang baik. Semangat serupa juga diamini oleh Pak Trangnjono Soewarno (53). 

Meski usianya sudah menginjak 53 tahun, guru SMP Kristen Gloria 2 – Pakuwon City ini tetap semangat menuntut ilmu. Beliau ikut serta dalam program DBS Foundation Coding Camp 2024, alur belajar Front-End Web Developer. Tujuannya satu, agar murid-muridnya terpacu untuk terus update di bidang teknologi, termasuk mengikuti perkembangan AI.

Inilah cerita perjalanan Pak Trang, begitu panggilan akrabnya, seorang pendidik dengan keinginan belajar yang luar biasa demi mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lewat Disket, Pak Trang Berkenalan dengan Teknologi

Foto Pak Trang di Acara CS50X

Lahir di Surabaya sebagai anak keempat dari enam saudara, masa kecil Pak Trang diwarnai dengan berbagai pengalaman yang membentuk hidupnya. Ayahnya adalah wiraswasta pewarna plastik, sedangkan ibunya adalah ibu rumah tangga. Ia harus menerima kenyataan pahit ketika ibunya wafat karena sakit saat dirinya baru menginjak kelas 6 SD.

Namun, dari ibunya ia belajar banyak, salah satunya adalah kecintaannya pada belajar dan terus mengembangkan pikiran. Setali tiga uang, ayahnya juga selalu menanamkan nilai positif seperti etos kerja dan kemampuan adaptasi yang terus ia pakai sampai saat ini.

Pertemuan pertama Pak Trang dengan teknologi terjadi semasa SMA, saat komputer belum secanggih sekarang. Pelajaran komputer di sekolah memicu rasa ingin tahunya. Ketertarikan pada teknologi ini akhirnya membimbingnya menuju karier di bidang tersebut.

“Saat itu, saya belum punya komputer. Jadi, saya belajar dari disket dan punya tempat disket terlebih dulu,” kenangnya sambil tertawa.

Setelah lulus SMA, Pak Trang berkesempatan untuk memperdalam ilmunya tentang teknologi di Universitas Kristen Petra, Surabaya. Di sana, ia mengambil jurusan elektronika dengan fokus pada ilmu komputer. Seiring berjalannya waktu, ia menyadari bahwa hasratnya terhadap teknologi dapat disalurkan ke dalam bidang pendidikan.

Kembali ke masa itu, ia sempat mengambil sertifikasi CCNA (Cisco Certified Network Associate) untuk menjadi ahli IT. Namun, ia tak melanjutkannya, alih-alih malah menjadi guru di SD Bunga Bangsa Surabaya. Sempat beralih profesi, ia kembali ke dunia pendidikan dengan menjadi guru Informatika di SMP Kristen Gloria 2 Surabaya.

Belajar di DBS Foundation Coding Camp 2024 di Sela-Sela Waktu Mengajar

Belajar di DBS Foundation Coding Camp 2024 di Sela-Sela Waktu Mengajar

Menjadi guru adalah panggilan jiwa Pak Trang. Meski begitu, Pak Trang tetap bergairah untuk terus belajar, berkembang, dan mencari peluang baru. Pada tahun 2023, ia mengikuti program pemerintah “Computer Science – Digital Skills for Teachers” yang bekerja sama dengan Universitas Harvard.

“Sebagai guru, kita harus terus belajar dan berkembang. Kita tidak boleh tertinggal oleh zaman,” tegasnya.

Sejujurnya, Pak Trang juga sempat mengikuti program pelatihan “Kotlin on Android” dari Google Developers Kejar, sekitar tahun 2018. Namun, karena keterbatasan perangkat yang dimilikinya, ia mengalami kendala dalam mengikuti program tersebut.

Ketidakberhasilannya dalam mengikuti program sebelumnya tidak menyurutkan semangat Pak Trang. Ia terus mencari informasi tentang program pelatihan coding yang dapat membantunya meningkatkan kemampuannya. Sampai akhirnya, ia menemukan program DBS Foundation Coding Camp 2024.

“Saya menemukan informasi tentang DBS Foundation Coding Camp 2024 melalui internet. Program ini menarik perhatian saya karena fokus pada pengembangan keterampilan coding yang relevan dengan kebutuhan saat ini.”

Ia pun mendaftar program tersebut dan mengikuti kelas-kelas daring yang ada dengan penuh semangat. Namun, ia dihadapkan dengan tantangan dalam menyeimbangkan waktu antara pekerjaannya sebagai guru dan keikutsertaannya di program ini.

“Sebagai guru, saya memiliki banyak kesibukan, seperti mengajar, mempersiapkan materi pembelajaran, dan menyelesaikan tugas administratif,” jelasnya. 

Sehari-hari, ia memanfaatkan waktu luang antara mengajar untuk belajar mandiri dan memperdalam materi yang telah diajarkan. Dedikasi dan kerja kerasnya membuahkan hasil. Ia berhasil menyelesaikan program DBS Foundation Coding Camp 2024 tepat waktu. 

“Untuk self-learning-nya, saya melakukannya setelah kegiatan mengajar. Saya belajar selama hampir 4 jam setiap harinya. Kadang, sampai malam hari.”

Pentingnya Literasi Digital untuk Semua Orang

Pentingnya Literasi Digital untuk Semua Orang

Selama di DBS Foundation Coding Camp 2024, Pak Trang tidak hanya belajar menguasai coding, tetapi juga menyelami potensi kecerdasan buatan (AI). Menurutnya, AI memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan teknologi di Indonesia, terutama dalam menghadapi kebutuhan talenta digital yang semakin tinggi.

“AI dapat membantu kita belajar lebih cepat dan efisien. Teknologi ini dapat memberikan pembelajaran yang dipersonalisasi dan membantu kita memahami konsep yang sulit.”

Namun, tetap saja, guru memegang peranan penting dalam membimbing dan mengarahkan siswa. Pada akhirnya, AI hanya alat yang dapat membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pak Trang berharap dengan memanfaatkan AI dalam proses belajar, Indonesia dapat melahirkan generasi muda yang cakap di bidang teknologi.

Kisah Pak Trang menggambarkan tentang semangat belajar yang tak pernah padam. Melintasi era disket hingga AI, ia membuktikan bahwa antusiasmenya untuk belajar dan berinovasi tidak mengenal usia. Bahkan, ia sering berkata kepada murid-muridnya untuk terus belajar dan berkembang demi menghadapi tantangan zaman yang semakin pesat.

Pesan penting lainnya yang sering Pak Trang sampaikan pada murid-muridnya adalah tentang pentingnya memahami proses belajar. Dia menggunakan analogi sederhana untuk menjelaskan hal ini:

“Bayangkan belajar seperti sebuah proses,” kata Pak Trang. “Ada input, ada proses, dan ada output.”

Input” adalah informasi yang kita terima, baik dari guru, buku, internet, atau sumber lainnya. “Proses” adalah cara kita mengolah informasi tersebut, menghubungkannya dengan apa yang sudah diketahui. Lalu, “output” adalah hasil dari proses belajar, seperti kemampuan baru yang kita peroleh, masalah yang diselesaikan, atau karya yang bisa diciptakan.

Salah satu platform yang sering direkomendasikan Pak Trang kepada murid-muridnya adalah Dicoding. Baginya, Dicoding adalah platform pendidikan yang ideal untuk belajar coding karena materinya dibuat secara runut dan terstruktur. Dengan begitu, mereka bisa belajar dari awal tanpa harus bingung.

Dengan semangat Ki Hajar Dewantara, Pak Trang menekankan lagi peran guru dalam membimbing dan mengarahkan siswa. Seperti kalimat “Ing Madya Mangun Karsa,” guru harus ikut menyiapkan bekal yang tepat agar siswa dapat menghadapi tantangan era digital. Tak lupa, ia menekankan pentingnya literasi digital untuk semua kalangan.

“Jadi bagi saya, literasi digital itu satu hal yang wajib bagi kita semua. Tak cuma guru-guru, tidak cuma siswa, tapi bagi seluruh masyarakat Indonesia.”

Terakhir, Pak Trang mendorong murid-muridnya untuk terus mengikuti perkembangan teknologi. Dengan begitu, ia melengkapi semboyan pendidikan ketiga dari Ki Hajar Dewantara, yakni “Tut Wuri Handayani” atau membimbing dari belakang.